Kalteng, (MGA) – Desa Tumbang Bauh merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Murung Raya, Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah. Tumbang Bauh merupakan salah satu dari empat desa pemberdayaan program OVOC (One Village One CEO) pada tahun 2022 dimana kondisi usaha yang dilaksanakan adalah budidaya itik petelur. Mahasiswa IPB yang merupakan bagian dari peserta OVOC (One Village One CEO) membantu memberikan inovasi terkait penekanan harga pakan untuk itik yaitu berupa pembudidayaan maggot, dimana maggot merupakan alternatif pakan dalam bentuk larva yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sekitar 40-50%. Black Soldier Fly atau BSF merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki kemampuan dalam dekomposisi bahan organik. Tujuan dari diadakan program OVOC (One Village One CEO) di BUMDes Anto Sama adalah dapat menekan biaya pakan untuk budidaya itik. Biaya pakan produksi pabrik yang tinggi menjadi salah satu tantangan bagi peternak. Selain itu kegiatan ini juga memiliki tujuan untuk dapat mengolah seluruh limbah kantin yang dihasilkan oleh PT. Adaro Maruwai Coal dan juga dapat mengembangkan potensi adanya komoditas baru di Desa Tumbang Bauh yaitu budidaya maggot, awal dilaksanakannya pembudidayaan maggot yang dimulai dari pembuatan Biopond.
Pengurus BUMdes beserta 7 peserta One Village One CEO (OVOC) telah melakukan pembuatan kandang Black Soldier Fly (BS). Pembuatan kandang tersebut bertujuan sebagai tempat Black Soldier Fly (BS) kawin dan bertelur. Kandang lalat yang dibuat berukuran 2 × 1 m 2 dengan attraction box berisikan makanan pengikat dengan bau yang menyengat didalamnya guna memancing lalat indukan agar mempercepat perkawinan supaya bertelur di tempat tersebut. Lalat BS melakukan kawin kurang lebih 20 menit dan lalat jantan setelah melakukan perkawinan, lalat tersebut akan langsung mati, sedangkan untuk lalat betina akan menghasilkan telur dan meletakkan telur di kayu yang sudah disediakan.
Tim One Village One CEO yang berada di Desa Tumbang Bauh, Kalimantan Tengah telah melaksanakan kegiatan Pelatihan Manajemen Ternak dan Formulasi Pakan Berbahan Dasar Maggot. Materi pelatihan disampaikan oleh Bapak Muhammad Baihaqi selaku dosen pembimbing lapang. Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 11 Oktober 2022 di Balai Batu Sulo. Sebelum melaksanakan pelatihan, diperlukan alat dan bahan untuk melakukan praktek pembuatan pakan diantaranya timbanaan. jagung giling, dedak, tepung maggot, premix, dan parutan kunyit. Usia itik di BUMDes Tumbang Bauh adalah 10 minggu dengan konsumsi pakan 93 gram/ekor/hari dan persentase protein sebesar 15-18%. Seluruh peserta pelatihan melakukan praktek langsung mencampur bahan-bahan yang telah disediakan dengan dibagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok membuat pakan dengan persentase protein sebesar 18%. Untuk menghasilkan pakan itik dengan persentase protein sebesar 18% dibutuhkan 2 kg jagung giling, 1,47 kg dedak, 1,5 kg tepung maggot, 30 gram premix, dan 50 gram parutan kunyit. Pembuatan atraktan untuk budidaya maggot digunakan sebagai daya Tarik terhadap Black Soldier Fly (BSF) betina agar bertelur di tempat yang telah disediakan yaitu tepat berada diatas boks atraktan. Boks atraktan dibuat tertutup agar BSF tidak masuk ke dalam karena BSF tidak masuk ke dalam karena BSF tidak makan selama hidup. Rata-rata BSF hidup selama 7-14 hari. Kami menggunakan sampah organik untuk menjadi daya Tarik. Selain itu, dapat juga menggunakan limbah buah nanas atau jeruk karena memiliki bau yang menyengat sehingga dapat menarik BSF betina untuk bertelur di sekitar boks atraktan. BSF jantan akan mati setelah kawin dan BSF betina akan mati setelah bertelur.
Maggot yang siap dijadikan tambahan pakan itik sebelumnya dikeringkan dan dihaluskan. Awalnya, maggot dipisahkan dari sisa kotoran-kotoran yang nantinya dijadikan sebagai pupuk maggot. Maggot yang sudah dibersihkan kemudian disiram menggunakan air panas dengan tujuan agar maggot tersebut dapat mati hingga kemudian maggot siap dijemur dan dihaluskan. Adapun metode pengeringan yang dilakukan dengan cara menjemur maggot dibawah sinar matahari selama beberapa hari hingga mengering. Terakhir, maggot maggot yang sudah kering dihaluskan dengan cara manual yaitu ditumbuk menggunakan lesung.
Tim One Village One CEO (OVOC) yang berada di desa Tumbang Bauh telah berhasil melakukan budidaya maggot, dimulai pada tanggal 9 september 2022. Siklus lalat BS terdiri dari fase telur, fase larva, fase prapupa, fase pupa dan fase BS. Satu siklus budidaya maggot memakan waktu kurang lebih selama 44 hari. Kelompok 15 dan 14 telah berhasil membudidayakan satu siklus maggot yang ditandai dengan bertelurnya Kembali magot yang sudah dibudidayakan di Desa Tumbang Bauh Kalimantan Tengah. Telur maggot yang sudah didapat atau dipanen oleh kelompok 13 dan 14 yaitu sebanyak 5 gram, sedangkan lalat BSF lainnya masih dalam fase kawin.Kegiatan pengamatan bobot itik guna mengetahui perbandingan antara pakan pabrik dan pakan maggot sehingga untuk kedepannya para pengurus BUMdes Anto Sama dapat memilih pakan mana yang baik digunakan untuk ternak mereka. Untuk kegiatan penimbangan, terdapat dua kandang yang digunakan sebagai sample, kandang 1 akan diberikan pakan maggot dan kandang 2 akan diberikan pakan pabrik, untuk setiap kandang akan diberikan pakan sebanyak 6 kg, pakan I memiliki formulasi pakan : pur – 2.160 gr, dedak – 3.210 gr, tepung maggot – 600 gr, premix – 30 gr. Kandang 2 dengan formulasi: pur – 1.800 gr, dedak – 1.200 gr, limbah nasi – 3.000 gr, pakan yang diberikan dalam satu harinya yaitu 2 kali dimulai dari pagi hari jam 7 dan di sore hari pada jam 15.00 WIB. Kegiatan pengamatan bobot itik ini akan berlangsung selama 7 hari yang dimulai dari tanggal 22 Oktober dan akan didapatkan hasilnya pada tanggal 28 Oktober.
Pelatihan budidaya maggot di Desa Tumbang Bauh telah dilaksanakan pada hari minggu, 6 November 2022 yang bertempat di Balai Batu Sulo. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang hadir karena kegiatan dibagi dalam 2 sesi. Sesi ke-1 dilaksanakan dengan penjelasan materi melalui metode presentasi dan penayangan video. Materi disampaikan oleh M. Bagus dan Olga Tita, dan mendapat respon yang baik oleh masyarakat, terlihat dari keseriusan masyarakat terhadap materi yang disampaikan. Sesi ke-2 mengenai penjelasan setiap siklus hidup maggot menggunakan alat peraga/miniature yang telah disiapkan oleh tim OVOC kelompok 13 & 14. Praktik yang telah disiapkan merupakan praktik pemanenan telur maggot, pemindahan bay larva ke biopond, maggot yang berubah menjadi prepupa prepupa berubah menjadi pupa, pemindahan pupa ke kandang BS, pengeringan larva, penumbukan larva kering, dan penyaringan pupuk maggot. Hasil dari budidaya maggot memiliki 2 produk turunan yakni maggot yang dapat menjadi pakan ternak dan pupuk maggot yang baik untuk tanaman. Praktisi terdiri dari 2 orang yaitu Aldila dan Naomi yang menjelaskan setiap siklusnya, terlihat peserta yang sangat antusias, mereka memiliki pertanyaan yang beragam ketika praktek sedang berjalan seperti “Di Daerah kami kan banyak yang memiliki usaha walet, apakah lalat BSF ini dapat dijadikan pakan untuk walet?”, “Berapa perbandingan antara pupuk dan tanah?”, dan pertanyaan lainnya mengenai budidaya maggot. Pelatihan budidaya maggot berjalan sukses dengan durasi kurang lebih 2 jam yang diakhiri dengan sesi
dokumentasi dan pembagian konsumsi
Pembuatan pakan ternak berbahan maggot memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga menghasilkan produk yang murah dan berkualitas. Pakan ternak yang dibuat memiliki bobot seberat 1 kg, dan kandungan maggot didalamnya disesuaikan dengan setiap fase pada ternak seperti fase starter, grower, dan layer. Fase starter memiliki kandungan sebanyak 18-20%, untuk fase grower membutuhkan sebanyak 15% protein, dan fase layer sebanyak 20%. Pakan ternak terbuat dari jagung giling, dedak, dan tepung maggot
Penulis :
Ratumas Mutiara Wanda Hiramawan,
Mahasiswa Jurusan Manajemen Agribisnis vokasi IPB Semester 5