BerandaDIYHoaks Tumbuh Subur, Wartawan Nasrani Mesti Redam

Hoaks Tumbuh Subur, Wartawan Nasrani Mesti Redam

Author

Date

Category

Jurnaliswarga.id, Yogyakarta- Kalangan masyarakat saat ini dinilai terbagi dua kelompok dalam hal penerimaan arus informasi. Ada kalangan yang menerima informasi dengan sangat deras, tapi di sisi lain juga tidak sedikit kalangan di masyarakat yang aksesnya terbatas menerima informasi. Ironisnya, kedua kelompok tersebut dinilai menjadi tempat subur berita bohong atau hoaks berkembang, sekalipun akses yang dimiliki untuk menjangkau informasi terbatas.

Hal tersebut disampaikan Wakil Walikota Yogyakarta Heru Purwadi saat membuka Rapat Kerja Daerah I Pengurus Persatuan Wartawan Nasrani (Pewarna) Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 17 September 2021, di Balai Kota Yogyakarta. Turut hadir dalam pembukaan rakerda Ketua Dewan Penasihat Pewarna DIY Albert Yusuf Langke beserta anggota dewan penasihat Jacky Latuperissa dan Daniel Damaledo (Radio Sasando Yogyakarta), serta Philipus Setiyanto.

Baca Juga:  Gubernur AAU, Memaparkan Pelayanan Publik Kepada Tim Penilai Kemen PAN-RB Secara Daring.

Heru mengatakan wartawan Nasrani diperlukan hadir di semua kelompok untuk meredam hoaks yang hari-hari ini masih tumbuh subur. “Wartawan Nasrani harus hadir di tengah semua kelompok agar semua informasi yang diserap masyarakat dipahami dengan benar,” kata Heru.

Menurut Heru, apabila kekurangan informasi karena akses yang terbatas, maka masyarakat akan mudah terhasut. Sebaliknya, ketika arus informasi sangat deras bahkan berlebihan, maka Heru tak heran bila masyarakat menjadi bingung.

Baca Juga:  Sekjen Kemendagri Sebut Kriteria Penting Bagi Calon Seleksi Sekda DIY

“Masyarakat jadi bertanya-tanya, mana (informasi) yang benar mana yang hoaks,” tambah Heru yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai jurnalis selama 15 tahun.

Secara khusus, Heru juga menyoroti aktivitas masyarakat di sosial media. Menurutnya, semua pribadi saat ini bisa bicara macam-macam. Masalahnya, kadang kala informasi yang disampaikan atau diterima hanya berawal dari obrolan saat kongkow yang belum tentu benar.

“Awalnya mungkin hanya sekadar analisis masing-masing agar mengobrol saat kongkow menjadi lebih segar. Tapi, berubah menjadi hoaks ketika disampaikan melalui media sosial,” papar Heru. (rik)

Mohon dengan Kasih Bisa dibantu, share, Like,Comment and Subcribe.
terima kasih atas bantuannya, satu klik tdk akan mengurangi rejeki, melainkan satu klik bisa menambah kebaikan dan amal kita. Amin

Leave A Reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Linda Barbara

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum imperdiet massa at dignissim gravida. Vivamus vestibulum odio eget eros accumsan, ut dignissim sapien gravida. Vivamus eu sem vitae dui.

Recent posts