Home / Bandung

Rabu, 17 Januari 2024 - 23:49 WIB

Puluhan Orang Tua Korban Penahanan Ijazah, Aksi Demonstrasi di Gedung Sate 2024

Bandung, Jurnaliswarga.id – Puluhan orang tua siswa dari berbagai sekolah yang ditahan ijazahnya melakukan aksi simpatik di depan gedung sate dengan membentangkan dua spanduk panjang. Spanduk pertama bertuliskan:

“Sekolah Dilarang Menahan Ijazah Siswa!”. Adapun pada spanduk kedua tertulis “Sekolah Menahan Ijazah = Menyandera Masa Depan Anak!”

Sebagian orang tua yang ikut aksi menggunakan seragam SMA dan SMP sebagai simbol tersanderanya masa depan anak-anak mereka di sekolah karena ijazahnya ditahan.

Puluhan Orang Tua Korban Penahanan Ijazah, Aksi Demonstrasi di Gedung Sate 2024

Ketua DPP PSI Furqan AMC yang mengkordinir aksi ini menyebutkan bahwa aksi ini merupakan bentuk kebulatan tekad orang tua korban memperjuangkan ijazah anaknya yang sudah bertahun-tahun disandera pihak sekolah.

“Ada yang satu tahun, dua tahun hingga belasan tahun ijazah siswa disandera sekolah. Padahal ijazah itu adalah hak anak”, tegas Furqan.

Ada yang lulusan tahun 2023 hingga lulusan tahun 2002. Yang terbanyak dari lulusan tahun 2023 sebanyak 119 kasus (28,7%). Diikuti 5 tahun berikutnya berturut-turut, 94 kasus (22,7%) lulusan tahun 2022, 80 kasus (19,3%) lulusan tahun 2021, 54 kasus (13%) lulusan tahun 2020, 25 kasus (6%) lulusan tahun 2019 dan 17 kasus (4,1%) lulusan tahun 2018.

“Siswa sangat membutuhkan ijazah untuk melanjutkan pendidikan dan melamar kerja. Penahanan ijazah menghancurkan masa depan siswa serta berdampak pada kondisi psikologis siswa. Penahanan ijazah secara akumulatif juga berdampak pada tingginya angka pengangguran”, tambah Furqan.

Baca Juga:  Dankoharmatau Pimpin Serah Terima Tiga Jabatan Koharmatau 2024

Menurut Furqan, 90% aduan kasus penahanan ijazah karena ada tunggakan biaya pendidikan.
Furqan menjelaskan Peraturan Pemerintah (PP) No 48 Tahun 2008, pasal 52 telah mengatur tentang pungutan oleh satuan pendidikan dalam rangka memenuhi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau walinya. Pada poin (e) ditegaskan tidak dipungut dari peserta didik atau orang tua/wali yang tidak mampu secara ekonomis.

Dalam peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 23 Tahun 2020, pasal 7 ayat 8 juga ditegaskan bahwa satuan pendidikan dan dinas pendidikan tidak diperkenankan untuk menahan atau tidak memberikan ijazah kepada pemilik ijazah yang sah dengan alasan apapun.

“Penahanan ijazah pada dasarnya adalah pelanggaran, bisa dikategorikan sebagai maladministrasi,” tegas Furqan.

Puluhan Orang Tua Korban Penahanan Ijazah, Aksi Demonstrasi di Gedung Sate 2024

Menyikapi banyaknya kasus penahan ijazah siswa oleh berbagai sekolah, Furqan AMC yang juga Caleg DPR RI dapil Jabar 1 ini meminta kepada Gubernur Jawa Barat serta Walikota & Bupati Kab/Kota di Jawa Barat untuk segera menyelesaikan kasus ini secepatnya.

“Tindak tegas sekolah-sekolah maupun oknum penyelenggara pendidikan yang masih mempraktekkan penahanan ijazah siswa. Segera evaluai juga kinerja dinas pendidikan terkait dan penyelenggara pendidikan di semua jenjang guna memastikan kasus penahanan ijazah tidak terulang kembali,” pungkas Furqan AMC.

Baca Juga:  Kasdam III/Slw Brigjen TNI Widjanarko Pimpin Upacara Bendera 17-an

Puluhan Orang Tua Korban Penahanan Ijazah, Aksi Demonstrasi di Gedung Sate 2024

Dalam aksi ini, Furqan juga membeberkan update pengaduan kasus penahanan ijazah yang diterima Posko Revolusi Pendidikan sampai tanggal 17 Januari 2024 di mana terdapat 414 aduan. 41 kasus (9,9%) di sekolah negeri dan 373 kasus (90,1%) di sekolah swasta.

Kasus penahanan ijazah paling banyak terjadi di SMK swasta, yakni 217 kasus (52,4%) dan SMA swasta 61 kasus (14,7%). Sedangkan di SMK Negeri 23 kasus (5,6%) dan di SMA negeri 8 kasus (1,9%).

Kota Bandung menjadi penyumbang kasus terbanyak dengan 281 kasus (67,9%). Diikuti Kab Bandung 54 kasus (13%), Kota Cimahi 44 kasus (10,6%) dan Kab Bandung Barat 20 kasus (4,8%).

Besarnya tunggakan siswa bervariasi. 58,2% atau 241 kasus terdata memikiki tunggakan 0 sampai 5 juta rupiah. Adapun dari 5 juta hingga 10 juta rupiah terdapat 121 kasus (29,2%). Sedangkan yang 10 juta hingga 15 juta rupiah terdapat 41 kasus (9,9%). Sementara itu yang di atas 15 juta hingga 20 juta rupiah ada 7 kasus (1,7%) dan di atas 20 juta rupiah ditemukan 4 kasus (1%).
(Kefas Hervin Devananda STh )

Share :

Baca Juga

Bandung

Dankoharmatau: Pengambilan Sumpah dan Janji Penting dalam Menjamin Pelaksanaan Tugas 2024

Bandung

Prajurit Siliwangi Harumkan TNI AD Di Kancah Atletik

Bandung

LKBH AMAN Melaksanakan Penyuluhan Hukum di Rutan Kelas 1 Bandung

Bandung

Majelis Ratu Lela Amrin Adakan Giat Wisata Religi dan Ziarah 2023

Bandung

Federasi Tinju Profesional Gaungkan Sabuk Emas Jawa Barat, Neneng A. Tuty: Bangkitkan Gairah Tinju Anak Muda

Agama

Merawat Kebhinnekaan di kota Bandung , PGLII Kota Bandung Gelar Dialog Kebangsaan

Bandung

Pangdam III/Slw Apresiasi Tim Juara Piala Kasad Liga Santri, Berikan Piagam Penghargaan & Uang Tabungan Pendidikan

Bandung

DPK KNPI Parungpanjang Gelar Upgrading dan Rapat Kerja di Tahun 2023
Lewat ke baris perkakas