Bogor (jurnaliswarga.id)-Musyafaur Rahman, yang lahir dari keluarga pegawai negeri, mengawali perjalanan pendidikannya di sekolah dasar dan melanjutkan studi di pesantren di Kediri, Jawa Timur. Setelah enam tahun menuntut ilmu di pondok pesantren, ia terjun ke dunia sosial di Kabupaten Bogor, khususnya di Ciseeng, atas ajakan Adian Napitupulu, Ucapnya kepada awak media jurnaliswarga.id saat berkunjung ke kediamannya di Cileungsi, Sabtu, 21/09/2024.
Di Ciseeng, Musyafaur terlibat dalam advokasi masyarakat terkait pembangunan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang berdampak pada 23 desa. Pengalamannya di sana membuka matanya tentang ketidakadilan yang dialami masyarakat. Ia menyaksikan langsung perjuangan warga untuk mendapatkan keadilan sebelum era reformasi.
Setelah itu, pada tahun 2009, ia pindah ke Bogor Timur dan terlibat lebih jauh dalam politik, tinggal di Cileungsi dan menikah hingga memiliki empat anak. Ia mencatat bahwa masyarakat Kabupaten Bogor mengalami kesulitan dalam akses pendidikan dan kesehatan, dua isu yang sangat meresahkan.
Musyafaur mengkritik anggaran APBD yang besar namun layanan kesehatan dan pendidikan yang masih kurang. Ia berkomitmen untuk memperjuangkan dua isu ini jika terpilih sebagai wakil bupati, bersama Bayu Syahjohan.
Kesempatan untuk maju sebagai calon wakil bupati datang berkat dukungan masyarakat. Musyafaur menekankan pentingnya kolaborasi dengan masyarakat untuk membangun program yang relevan dan efektif. Dia bertekad untuk mengedepankan kepentingan rakyat, melawan 17 partai lain dalam pemilihan ini, dan berkomitmen untuk menjadi pemimpin yang bersih dan amanah. (Ade)