JURNALISWARGA.ID, JAKARTA – Konflik antar masyarakat yang terjadi sejak malam takbiran 1 Mei 2021 di Desa Mareje, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat berujung pada pembakaran 6 rumah, 1 unit Nmax, 1 unit Scoopy dan 1 unit Kaisar roda 3 pada 3 Mei 2022, malam hari. Peristiwa itu membuat ratusan warga harus mengungsi dari pemukimannya. Selasa, (10 Mei 2022)
Konflik bermula ketika beberapa orang dari barisan pawai takbiran melempari salah satu rumah warga dengan petasan besar dan mengakibatkan pemilik rumah pingsan. Petasan juga dilempar ke kandang ternak milik salah satu warga lainnya dan menyebabkan ternak berhamburan. Warga yang menjadi korban menegur pelaku. Pelaku tidak terima dan korban dikeroyok pada saat itu. Warga yang berkumpul di rumah korban karena mendengar suara ledakan, juga menjadi sasaran pelemparan batu oleh beberapa orang di barisan pawai takbiran.
Pada tanggal 2 Mei 2022, tersebar hoaks di media sosial (Facebook dan WhatsApp). Beberapa akun ada yang mengajak perkelahian antar umat beragama.
3 Mei 2022, siang harinya terjadi pertemuan antara Wakapolres Lombok Barat, aparat desa hingga dusun di Mareje, Lombok Barat dan perwakilan pemuka agama setempat untuk mediasi kejadian 1 Mei 2022. Malamnya, sekelompok massa melakukan pembakaran ke 6 rumah di desa Mareje. Karena peristiwa itu, puluhan warga melarikan diri ke hutan.
4 Mei 2022, paginya ratusan warga di desa Mareje, diungsikan oleh Polda NTB ke gedung Polda NTB dan Polsek Lombok Barat. Beberapa diantaranya masih ada yang bertahan di hutan.
Sorenya, Polda NTB memanggil perwakilan 2 tokoh agama dari desa Mareje yakni H.Idran,S.pd dari perwakilan Muslim dan Sukman, S.H, M.H dari perwakilan Buddhis untuk membuat surat perjanjian damai.
5 Mei 2021, sekelompok massa tidak dikenal melempari Vihara di Lenong, Sekotong Barat dengan batu dan membakar berugak setelah disiram dengan pertalite. Namun aksi itu berhasil dihentikan oleh warga lintas iman di sana.
Sejak 4 Mei 2022 hingga hari ini, masyarakat lintas iman di NTB bahu membahu untuk membantu korban yang di pengungsian. Mereka mengumpulkan donasi dan mendistribusikannya melalui posko Permabudhi. Mereka mengirimkan beras, sayur dan lauk pauk untuk para pengungsi. Tidak hanya itu, Muda Mudi Lintas Iman (MULIA) NTB ikut melakukan penggalangan dana untuk para pengungsi. Mereka juga memberi dukungan moril kepada pengungsi melalui pesan selular.
Oleh karenanya, kami dari Solidaritas Korban Tindak Kekerasan Beragama dan Berkepercayaan (Sobat KBB) menyatakan sikap:
1. Ikut berduka atas konflik antar masyarakat yang terjadi di Desa Mareje, Lombok Barat.
2. Apresiasi kepada kelompok lintas iman di NTB yang tidak terprovokasi dan berjuang bahu membahu supaya masyarakat yang mengungsi mendapatkan keadilan dan kembali ke desa dengan keadaan selamat. Juga kepada masyarakat lintas iman di Lenong yang berhasil menggagalkan aksi pembakaran Vihara.
3. Mendesak agar pemerintah setempat menepati janjinya untuk memenuhi hak korban secara paripurna seperti pembangunan rumah yang rusak dan trauma healing yang berkelanjutan sebagai wujud hadirnya negara bagi warga negaranya.
4. Mendesak pihak kepolisian untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada korban. Serta memberikan kepastian hukum dengan memproses pelaku pembakaran atau perusakan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
5. Mendorong agar perjanjian damai antar tokoh agama bisa direalisasikan dalam waktu secepat-cepatnya dan memberi keadilan bagi semua yang terdampak. Konflik merupakan keniscayaan dari keberagaman, tapi akan menyakiti siapapun jika tidak dikelola dengan baik. Konflik mengajarkan kita bagaimana cara membangun mekanisme penyelesaian secara adil di tingkat masyarakat.
6. Mengajak semua pihak melawan setiap ujaran kebencian berbasiskan agama maupun identitas yang lain.
*Usama Ahmad Rizal*
Koordinator Divisi Advokasi Sobat KBB
Cp: 081234505028