Jakarta, JURNALISWARGA.ID – Langkah cepat Kejaksaan Agung menangkap Ronald Tannur, tersangka kasus dugaan pembunuhan terhadap kekasihnya Dini Sera Afrianti, pada Minggu (27/10/2024) menjadi bukti keberanian dan ketegasan institusi ini.Senin (28/10/2024)
Ketua Umum Badan Peneliti Independen Kekayaan Penyelenggara Negara & Pengawas Anggaran Republik Indonesia (BPI KPNPA RI), Tubagus Rahmad Sukendar, mengapresiasi tindakan tegas Kejaksaan di bawah kepemimpinan Jaksa Agung ST Burhanuddin. “Penangkapan ini mencerminkan taring Kejaksaan yang kembali tajam,” tegasnya, Senin (28/10/2024).
Penangkapan Ronald Tannur menambah deretan gebrakan Kejaksaan di era Burhanuddin, termasuk dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap sejumlah hakim. Dalam beberapa tahun terakhir, Kejaksaan Agung menunjukkan ketegasan yang nyata dalam memberantas pelanggaran hukum di tingkat tinggi, memperkuat prinsip bahwa hukum berlaku tanpa pandang bulu dan tajam ke atas.
Sukendar menilai keberanian ST Burhanuddin membawa angin segar bagi penegakan hukum. Di bawah komando Burhanuddin, Kejaksaan tak hanya menindak pelaku kriminal dari kalangan masyarakat biasa tetapi juga mengincar pelanggar hukum di kalangan elit. “Keberhasilan ini menjadi tonggak sejarah dan wajah baru bagi Kejaksaan, yang kini tampil sebagai penjaga hukum yang tegas,” katanya.
Lebih lanjut, Tubagus Sukendar mengungkapkan bahwa publik semakin percaya pada Kejaksaan. Langkah cepat menangkap Ronald Tannur, yang merupakan anak dari mantan politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Edwar Tannur, membuktikan bahwa tak ada yang kebal hukum, bahkan mereka yang memiliki latar belakang politik atau kekuasaan.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, mengonfirmasi bahwa Ronald ditangkap sekitar pukul 14.40 WIB di kawasan Perumahan Victoria Regency, Surabaya. Setelah penangkapan, Ronald langsung dibawa ke Kejaksaan Tinggi Jawa Timur untuk proses lebih lanjut. Penangkapan ini adalah tindak lanjut atas putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) yang membatalkan vonis bebas Ronald dan menghukumnya lima tahun penjara.
Tubagus Sukendar menilai keputusan MA serta respons cepat Kejaksaan dalam menangkap Ronald sebagai langkah yang meyakinkan masyarakat bahwa sistem peradilan Indonesia masih memiliki kekuatan untuk menegakkan keadilan. “Ini menjadi contoh bahwa hukum tak boleh tunduk pada tekanan politik atau kekuasaan tertentu,” ujarnya.
Sukendar menambahkan bahwa tindakan Kejaksaan ini adalah wujud nyata dari semangat membasmi korupsi dan kriminalitas tanpa memandang status. Penangkapan Ronald juga dianggap sebagai sinyal bagi para pelaku kejahatan lain yang merasa tak tersentuh hukum.
Di bawah kepemimpinan ST Burhanuddin, Kejaksaan Agung membuktikan diri sebagai lembaga independen yang tak terpengaruh oleh intervensi eksternal. Keberhasilan ini membangkitkan optimisme masyarakat bahwa lembaga penegak hukum tetap kuat dan tak terdistorsi oleh politik.
Menurut banyak pengamat, keberanian Kejaksaan Agung dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan tokoh elit adalah langkah revolusioner yang dibutuhkan untuk memperbaiki sistem hukum Indonesia. Tindakan tegas seperti ini diharapkan memberi efek jera dan mengingatkan bahwa semua orang setara di mata hukum.
Dengan adanya kasus Ronald Tannur, Tubagus Sukendar berharap masyarakat semakin percaya pada institusi Kejaksaan sebagai lembaga yang bisa diandalkan dalam menghadirkan keadilan. “Kejaksaan berhasil mengirimkan pesan kuat bahwa hukum berlaku untuk semua, tanpa pengecualian,” jelasnya.
Penangkapan Ronald juga menjadi refleks bagi APH untuk lebih hati hati dalam melakukan tugas nya